I.
ILMU
A.
ONTOLOGI
Ontologi (dari Yunani, genitive: "menjadi" (partisip netral
dari : "menjadi")dan-????a,-logia: ilmu, penelitian, teori) adalah
studi filosofis tentang hakikat ini, eksistensi atau kenyataan seperti itu,
serta menjadi kategori dasar dan hubungan mereka.
Tradisional terdaftar sebagai bagian dari cabang utama filsafat yang dikenal
sebagai metafisika, ontologi berkaitan dengan pertanyaan mengenai apa yang ada
entitas atau dapat dikatakan ada, dan bagaimana badan tersebut dapat
dikelompokkan, terkait di dalam hirarki, dan dibagi menurut persamaan dan
perbedaan .
Ikhtisar Ontologi, dalam filsafat analitik, menyangkut menentukan apakah
beberapa kategori yang sangat penting dan bertanya dalam apa arti item dalam
kategori tersebut dapat dikatakan "menjadi". Ini adalah penyelidikan
berada di begitu banyak seperti sedang, atau menjadi makhluk sejauh mereka
ada-dan tidak sejauh, misalnya, fakta-fakta tertentu yang diperoleh tentang
mereka atau properti tertentu yang berhubungan dengan mereka.
Untuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang berbeda:
1. menurut berbagai kategori
atau cara menangani yang sedang seperti itu
2. menurut kebenaran atau
kesalahan (misalnya emas palsu, uang palsu)
3. apakah itu ada dalam dan
dari dirinya sendiri atau hanya 'datang bersama' oleh kecelakaan
4. sesuai dengan potensinya,
gerakan (energi) atau jadi kehadiran (Buku Metafisika Theta).
Beberapa filsuf, terutama dari sekolah Plato, berpendapat bahwa semua
kata benda (termasuk kata benda abstrak) mengacu kepada badan ada. filsuf lain
berpendapat bahwa kata benda tidak selalu entitas nama, tetapi beberapa
memberikan semacam singkatan untuk referensi untuk koleksi baik benda atau
peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk pada suatu
entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental yang dialami oleh seseorang;
masyarakat yang mengacu pada kumpulan orang-orang dengan beberapa karakteristik
bersama, dan geometri mengacu pada koleksi dari jenis yang spesifik intelektual
. Aktivitas Di antara kutub realisme dan nominalisme, ada juga berbagai posisi
lain, tetapi ontologi apapun harus memberi penjelasan tentang kata-kata yang
mengacu kepada badan usaha, yang tidak, mengapa, dan apa kategori hasil. Ketika
seseorang berlaku proses ini untuk kata benda seperti elektron, energi,
kontrak, kebahagiaan, ruang, waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologi
menjadi dasar untuk banyak cabang filsafat
Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup
wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari
pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek
ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang
menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam
kenyataan dan keberadaan.
Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari
sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
· Apakah artinya ada, hal
ada ?
· Apakah golongan-golongan
dari hal yang ada ?
· Apakah sifat dasar
kenyataan dan hal ada ?
· Apakah cara-cara yang
berbeda dalam mana entitas dari
kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis,
pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada ?
Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi
Aristoteles
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti
karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika
yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature)
dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip benda tersebut.
(Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM)
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan
mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan
mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu,
seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau
harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari
realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
- Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.
Mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat
mencapai realitas sebagaimana adanya para filosof pra Sokrates, yaitu filosof
pertama di alam tradisi Barat, tidak memberikan perhatian pada cabang filsafat
ini sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan
perubahan, sehingga mereka kerap dijuluki filosof alam.
Metode ernpiris yang tela:n dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan
yang besar pada Zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon
(1561-1626). Dua di antara karya-karyanya yang menonjol adalah The Advancement
of Learning dan Novum Organum (organum baru).
Fisafat Bacon mempunyai peran penting dalam metode Irrduksi dan
sistematis menurut dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk
memberi kekuasaan pada manusia atas alam melalui peyelidikan ilmiah. mam.
Karena itu usaha yang ia lakukan pertama kali adalah menegaskan tujuan
pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami perkembangan, dan
tidak akan bermakna kecuali ia mernpunyai kekuatan yang dapat membantu meraih
kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling mencolok
dalam Novum Organum. Pengetahuan dan kuasa manusia satu sama lain, menurutnya
alam tidak dapat dikuasai kecuali dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada
alam. Manusia perlu mengenalnya terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam
diperlukan observasi. Pengetahuan, penjelasan. dan pembuktian.
Umat manusia ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan itu
tidak tercapai sampai pada zamannya hidup, hal ini karena ilmu-imu pengetahuan
berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara logika tidak dapat digunakan
untuk mendirikan dan membangun ilmu pengetanuan. Bahkan, Bacon meganggap logika
lebih cocok untuk melestarikan kesalahan dan kesesatan yang ada
ketimbang mengejar menentukan kebenaran.
B. EPISTEMOLOGI
Epistemologi atau teori pengetahuan
adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Mula-mula manusia percaya bahwa
dengan kekuasaan pengenalannya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya
para filosof pra Sokrates, yaitu filosof pertama di alam tradisi Barat, tidak
memberikan perhatian pada cabang filsafat ini sebab mereka memusatkan
perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan perubahan, sehingga mereka kerap
dijuluki filosof alam.
Metode ernpiris yang tela:n dibuka
oleh Aristoteles mendapat sambutan yang besar pada Zaman Renaisans dengan tokoh
utamanya Francis Bacon (1561-1626). Dua di antara karya-karyanya yang menonjol
adalah The Advancement of Learning dan Novum Organum (organum baru).
Fisafat Bacon mempunyai peran penting
dalam metode Irrduksi dan sistematis menurut dasar filsafatnya sepenuhnya
bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada manusia atas alam melalui
peyelidikan ilmiah. mam. Karena itu usaha yang ia lakukan pertama kali adalah
menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak akan mengalami
perkembangan, dan tidak akan bermakna kecuali ia mernpunyai kekuatan yang dapat
membantu meraih kehidupan yang lebih baik.
Sikap khas Bacon mengenai ciri dan
tugas filsafat tampak paling mencolok dalam Novum Organum. Pengetahuan dan
kuasa manusia satu sama lain, menurutnya alam tidak dapat dikuasai kecuali
dengan jalan menaatinya, agar dapat taat pada alam. Manusia perlu mengenalnya
terlebih dahuku dan untuk mengetahui alam diperlukan observasi. Pengetahuan,
penjelasan. dan pembuktian.
Umat manusia ingin menguasai alam
tetapi menurut Bacon, keinginan itu tidak tercapai sampai pada zamannya hidup,
hal ini karena ilmu-imu pengetahuan berdaya guna dalam mencapai hasilnya,
sementara logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu
pengetanuan. Bahkan, Bacon meganggap logika lebih cocok untuk melestarikan
kesalahan dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran.
-
Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang
menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi dalam suatu pernyataan yang
lebih umum dan menurut suatu pandangan yang luas diterima, ilmu-ilrnu empiris
ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak dari pernyataan
tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai
pada pernyataan pernyataan universal.
-
Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August
Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui yang faktual yang positif.
Dia menyampingkan segala uraian persoalan di luar yang ada sebagai fakta oleh
karena itu, ia menolak metafisika yang diketahui positif, adalah segala yang
nampak dan segala efode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi
kepada bidang gejala-gejala saja.
-
Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya
keterbatasan indera dan manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek
yang dihasilkanpun akan berbeda-beda seharusnya dikembangkan suatu kemampuan
akal yang disebut dengan intuisi.
- Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula
berarti metode tanya jaujab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini
diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini
dialekta berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode
penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide
mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya.
. C. AKSIOLOGI
Aksiologi merupakan cabang filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang
berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang
diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada
yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan
yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak
bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
D. SINTESIS
Sintesis (berasal dari bahasa Yunani syn = tambah dan thesis = posisi)
yang biasanya berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elem yang ada yang
menghasilkan suatu hasil baru. Istilah ini mempunyai arti luas dan dapat digunakan
ke fisika, ideologi, dan fenomenologi.
Dalam dialektik sintesis adalah hasil akhir dari percobaan untuk
menggabungkan antara thesis dan antithesis.
Dalam kimia, sintesis kimia adalah sebuah proses pembentukan sebuah
molekul tertentu dari "precursor" kimia.
E. HIPOTESIS
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah
yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul
tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,
peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang
dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena
langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata
beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara
ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan,
maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis = pendirian,
pendapat yang ditegakkan, kepastian.
Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam
rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara
sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering
juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis
sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga
berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara
sejumlah fakta ada hubungan tertentu.Proposisi inilah yang akan membentuk
proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di
antaranya, yaitu penelitian sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang
melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan
hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah.Sehingga,
dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang
langsung dapat diuji.
F. ANTITESIS
Antitesis adalah majas yang
membandingkan dua hal yang berlawanan. Contoh: Tua muda, besar kecil ikut
meramaikan pesta itu. Kaya miskin, cantik jelek, pintar bodoh semuanya sama di
mata Tuhan.
Semua kebaikan ayahnya dibalas dengan
keburukan sifatnya.
II.
PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak
dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang
bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman
dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada
umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai
hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar
berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka
pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut
potensi untuk menindaki.
III.
BAHASA
A. Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf, Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin
ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk
mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang
mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah
disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan
sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada
yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan
bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.
B. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi
semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh
orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,
melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan
dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah
memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin
menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi,
dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian
utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita
juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh
karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”.
Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan
tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat
umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau
wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih
komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro
akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus
pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita
dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul
bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi
cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar